Kehidupannya
Khawajah Nasir
al-Din abu Ja’far Muhammad ibn Muhammad ibn Hasan dilahirkan di Tous, Khorasan,
Iran pada 16 Februari 1201 atau 11 Jumadil awal 597 H. Ia lahir pada awal abad
ke 13 M ketika dunia Islam tengah mengalami masa-masa sulit. Karena pada masa
itu tentara mongol yang begitu kuat menginvasi wilayah kekuasaan Islam yang
luas. Kota-kota Islam dihancurkan dan penduduknya dibunuh. Tusi pindah ke
Baghdad, di sana ia belajar tentang ilmu pengobatan dan filsafat. Ia adalah seorang sarjana yang mahir, ahli
matematika, astronomi dan politisi Syi’ah pada masa penyerangan bangsa Mongol
atas Para Pembunuh dan Khalifah, lahir di Tus pada tahun 597 H/1201 M. Tusi
memulai karir sebagai ahli astronomi pada Nasir al-Din ‘abd al-Rahim, Gubernur
dari benteng gunung Isma’iliah Quhistan. Pada tahun 654 H/1256 M, dia
“menyerahkan” penguasa pembunuh terakhir Rukn al-Din Khurshah ke tangan Hulagu
dan kemudian menjadi teman Hulagu sebagai penasihat tepercaya sampai
ditaklukannya Baghdad pada tahun 657 H/1258 M.
Observatorium Maraghah
Pada tahun
1259 M, Tusi mendirikan Observatorium Maraghah, yakni suatu majlis yang hebat
yang terdiri atas orang-orang pandai dan terpelajar dengan membuat rencana
khusus untuk pengajaran ilmu-ilmu filsafat. Observatorium
itu berada di Maraghah, Azarbaijan, pada tahun 657 H/1259 M dan mulai
beroperasi pada tahun 1262 M. pembangunan dan operasionalnya melibatkan sarjana
dari Persia dan dibantu oleh astronomi dari Cina. Tusi juga menyusun tabel-tabel astronomisnya
yang disebut Zij al-Ikhani yang menjadi terkenal ke seluruh Asia, bahkan
sampai ke Cina. Observatorium ini juga penting dalam tiga hal :
1. Merupakan
observatorium pertama yang banyak didukung, sehingga dapat membuka pintu bagi
komersialisme observatorium di masa mendatang.
2. Tusi
membuat observatorium Maraghah menjadi suatu “majlis yang hebat” yang terdiri
atas orang-orang pandai dan terpelajar.
3. Observatorium
itu dihubungkan dengan sebuah perpustakaan besar tempat disimpannya khazanah
pengetahuan yang tak terusakkan.
Tusi tetap berpengaruh di bawah Abaqa,
pengganti Hulagu, tanpa mendapat rintangan sampai dia meninggal pd tahun 672
H/1274M.
Karya-karyanya
Tusi lebih pantas disebut sebagai sarjana yang mahir daripada seorang
ahli pikir yang kreatif. Sementara karya-karyanya kebanyakan bersifat eklektis
(memilih dari berbagai sumber), kepandaiannya yang beragam sungguh mengagumkan.
Minatnya yang banyak dan berjenis-jenis mencakup pada filsafat, matematika,
astronomi, fisika, ilmu pengobatan, mineralogi, musik, sejarah, kesusastraan
dan dogmatik. Karya-karyana ialah sebagai berikut :
• Asas al-Iqtibas (logika)
• Mantiq al-Tajrid (logika)
• Ta’dil al-Mi’yar (logika)
• Tajrid al-‘Aqa’id (dogmatik)
• Qawa’id al-“Aqa’id (dogmatik)
• Risaleh-i I’tiqadat (dogmatik)
• Akhlaq-i Nasiri (etika)
• Ausaf al-Asyaraf (etika sufi)
• Risaleh dar Ithbat-i Wajib
(metafisik)
• Itsbat-i Jauhar al-Mufariq (metafisik) ,
dan
masih banyak lagi.
Akhlaq-I
Nasiri
Kebenarannya adalah penegasan Akhlaq-i Nasiri yang ditulis oleh Tusi semata-mata merupakan
terjemahan dari karya ibn Miskawaih yakni Tahdzib al-Akhlaq. Disamping
itu pada karya miskawaih, hanya terbatas pada penggambaran disiplin moral. Disiplin yang menyangkut urusan rumah tangga dan politikm menurut Tusi tidak terdapat pada
karya tersebut. Padahal ini merupakan aspek yang sangat penting dari filsafat praktis dan tidak boleh
diabaikan. Karena itulah Tusi menyusun Akhlaq-i Nasiri berdasarkan pola
tersebut.
Bagian filasafat moral merupakan suatu ringkasan dan bukan suatu
terjemahan dari kitab al-thaharat. Mengenai filsafat rumah tangga dan
poltik, Tusi berutang banyak kepada Ibnu Sina dan al Farabi, sekalipun begitu
tambahan dua bagian ini menyempurnakan filsafat praktis dalam segala detailnya.
Ini menguatkan penegasan Tusi bahwa karyanya bukan hanya ditulis dengan gaya
tiruan atau terjemahan tetapi benar-benar suatu upaya.
Etika
Tujuan dari
filsafat etika (akhlak) Tusi ini adalah menemukan cara hidup untuk mencapai
kebaikan maka dalam hal ini, manusia dituntut untuk sering berbuat baik di atas
keadilan dan cinta.
Konsep Kebahagiaan
Tusi beranggapan bahwa
kebahagian utama adalah tujuan moral utama, yang ditentukan oleh tempat dan
kedudukan manusia di dalam evolusi kosmik dan diwujudkan lewat kesediaannya
untuk disiplin dan patuh. Konsep kebahagian utama itu pada hakikatnya
berbeda dengan gagasan aristotales mengenai
kebahagian yang hampa akan unsur angkasa dan juga tidak menunjuk kepada
kedudukan kosmik manusia. Plato beranggapan bahwa kebaikan-kebaikan menyangkut kepada
kebijaksanaan, keberanian, kesederhanaan, dan keadilan. Tusi mengambil kesimpulan yang adil dari kebudayaan
akal yang praktis tanpa menyangkal pandangan Plato mengenai fungsi yang tepat
dan selaras dari tiga kekuatan jiwa itu. Tidak seperti Ariestotales, tetapi
seperti Ibn Miskawaih yang dimana ia menempatkan kebajikan diatas keadilan dan
cinta sebagai sumber alami kesatuan.
Konsep Kejahatan
Ariestotales beranggapan kejahatan sebagai suatu kebaikan yang berlebihan, baik eksesnya maupun
kerusakannya. Ibnu Miskawaih telah menyebutkan satu-satu delapan kejahatan umum
yakni : kelihaian dan kebodohan, gegabah dan pengecut, pemanjaan dan
pemantangan, kelaliman dan penderitaan. Tusi untuk pertama kalinya berpendapat
bahwa penyimpangan bukan hanya dari segi jumlah tapi juga dari segi mutu, dan untuk penyimpangan jenis baru ini
dia menamakannya perbuatan tidak wajar. Penyakit moral itu bisa di sebabkan
oleh keberlebihan, kekurangan dan kewajaran akal
Konsep Kebodohan
Dengan menggunakan teori tiga sebab-akibat penyakit jiwa itu, Tusi menggolongkan penyakit-penyakit fatal akan teoritis menjadi kebingungan, kebodohan
sederhana, kebodohan fatal.
1. Kebingungan
Kebingungan
disebabkan
oleh ketidakmampuan jiwa untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah
dikarenakan adanya bukti yang saling bertentangan dan argumentasi yang kacau, untuk dan terhadap masalah yang kontroversial. Tusi menyarankan agar orang
yang mengalami kebingungan pertama-tama disadarkan bahwa penegasaan dan
penyangkalan bersifat eksklusif. Dimana ia tidak dapat mermaujud dalam suatu
benda pada waktu yang sama. Jika suatu hal benar, ia tidak mungkin akan salah.
Namun apabila ia salah, ia tidak mungkin benar.
2. Kebodohan Sederhana
Kebodohan
sederhana adalah terdapat pada kekurangtahuan manusia akan sesuatu hal tanpa mengira bahwa
dia sudah mengetahuinya. Hal semacam itu merupakn suatu keadaan yang bisa
dijadikan titik tolak untuk mencari pengetahuan, tapi sangatlah fatal kalau
merasa puas dengan keadaan begitu. Ini bisa disembuhkan dengan jalan menunjukan
fakta.
3. Kebodohan fatal
Kebodohan
fatal adalah kekurangtahuan manusia akan sesuatu hal dan dia merasa mengetahui hal itu.
Walaupun dai bodoh , dia tidak tahu bahwa dia memang
bodoh. Menurut Tusi, penyakit ini adalah penyakit yang hampir tidak bisa di
sembuhkan, tetapi dengan upaya keras matematika kemungkinan penyakit ini bisa
di tekan kefatalannya menjadi kebodohan sederhana.
Konsep Ketakutan
Tusi menganggap ketakutan sebagai bagian dari tiga penyakit kemarahan
yang menonjol dari segi keberlebihan. Dalam analisisnya, terutama pada
ketakutan akan kematian ia menjelaskan
secara terperinci mengenai tujuh kesesuaian serta sepuluh sebab kemarahan. Dan dia mengikuti pendapat Ibnu Miskawaih. Meski bukan seorang
sufi, dia mendorong agar tasawuf dibahas secara rasional. Dia menggolongkan
menjadi 6 tahap. Dan setiap tahap memiliki penrnyataan moral sendiri, kecuali
tahap keenam. Tahapnya yakni:
Tahap pertama
Tahap persiapan untuk perjalanan mistis, yang mensyaratkan keyakinan
kepada tuhan dan senantiasa tetap pada keyakinan itu, keteguhan kemauan,
kejujuran, perenungan akan tuhan dan ketulusan hati.
Tahap kedua
Terdiri atas penolakan terhadap hubungan hubungan duniawi yang
menghalangi jalan mistis tersebut. Ada enam pokok penting dari tahap ini yakni
: menyesali dosa, menghindari dari berkehendak, tidak nafsu terhadap harta,
keras terhadap hasrat tak rasional, menghitung-hitung kebaikan dan kejahatan,
keselarasan antara tindakan dan niat dan kesalehan.
Tahap Ketiga
Pejalanan mistis di tandai dengan penyedirian, perenungan, ketakutan dan
kesedihan, ketabahan, dan kebersyukuran kapada Tuhan.
Tahap Keempat
Mencakup pengalaman sang penjalan sebelum mencapai tujuannya, yaitu bakti
kepada Tuhan, keimanan yang tak tergoyahkan kepada tuhan dan
ketenangan jiwa.
Tahap Kelima
Berpasrah diri kepada tuhan, kepatuhan, ketundukan kepada kehendak tuhan,
yakni terhadap keesaan tuhan dan upaya menunggal kepada tuhan dan peleburan
diri dalam Tuhan
Tahap Keenam
Proses peleburan diri kedalam tuhan mencapaiu puncaj dan akhirnya hanyut
dalam keesaan tuhan.
Ilmu
Rumah Tangga
Tusi mendefinisikan rumah sebagai hubungan istimewa antara suami dan
istri, orangtua dan anak, tuan dan hamba serta kekayaan dengan pemiliknya.
Tujuan ilmu rumah tangga ialah untuk mengembangkan sistem disiplin yang
mendorong terciptanya kesejahteraan fisik, sosial dan mental keluarga. Dimana
sosok ayah sebagai pemegang kendalinya. Fungsi ayah ialah menjaga dan
memperbaiki keseimbangan keluarga.
Tusi beranggapan bahwa poligami tidak dikehendaki sebab hal itu bisa
mendatangkan kekacauan dalam rumah tangga. Wanita pada dasarnya lemah pikiran
dan secara psikologis cemburu terhadap pasangan lain suaminya dalam merebut
cinta dan kekayaannya. Tusi memberikan kelonggaran poligami kepada para raja
sebab mereka memerintahkan kepatuhan tanpa syarat, tapi sebagai langkah yang
bijaksana mereka di sarankan agar menghindari hal itu.
Tusi menutup pembahasan ini dengan menekankan sekali lagi pemerhatian hak-hak orang tua, sebagaimana
ditetapkan oleh Islam.
Politik
Karya Farabi yang berjudul Siyasah al-Madinah dan Ara’ Ahl
al-madinah al Fadhilah adalah upaya pertama untuk merumuskan secara
filosofis teori politik di dunia muslim. Manusia
pada dasarnya adalah makhluk sosial. Karena kemampuan alamiahnya untuk berteman
itu merupakan ciri khas manusia, maka kesempurnaan manusia dapat dicapai dengan
menunjukan sepenuhnya watak ini terhadap sesamanya. Karena tidak satu manusia
pun yang bisa mencukupi kebutuhan mereka sendiri. Maka setiap orang membutuhkan
bantuan dan kerjasama dari orang lain. Keinginan setiap manusia berbeda-beda
dan begitu juga dengan dorongan yang membuat manusia mau bekerjasama. Perbedaan
sebab-sebab kerjasam itu mendorong timbulnya pertentangan minat yang bisa
mengakibatkan terjadinya penyerangan dan ketidakadilan.
Pelaksana keadilan merupakan fungsi utama pemerintahan. Ia haruslah
seorang yang adil, yang menjadi penengah kedua setelah hukum Tuhan. Raja seperti itu menurut tusi merupakan wakil Tuhan di bumi dan merupakan dokter bagi kekerasan dunia. Tugas pertamanya dan paling
utama adalah mengukuhkan Negara dan menciptakan rasa cinta di antara
kawan-kawannya dan kebencian diantara musuh-musuhnya. Ia juga meningkatkan kesatuan antar sarjana, prajurit, petani,
pedagang. Tusi menetapkan prinsip-prinsip etika perang sebagi petunjuk bagi
penguasa. Musuh tidak boleh dianggap enteng serendah apapun dia. Tapi perang
harus dihindari sedapat mungkin, lewat muslihat-muslihat diplomatis sekalipun
tanpa harus melakukan pengkianatan
Sumber Filsafat Praktis
Menurut Tusi,
perintah-perintah Al-quran diberikan kepada manusia sebagai seorang:
• Individu
• Anggota keluarga
• Penguhuni kota atau Negara
Pembagian itu
menggambarkan pembagian filsafat praktis menjadi :
• Etika
• Rumah tangga
• Politik
Psikologi
Tusi
mengasumsikan bahwa jiwa merupakan suatu realitas yang bisa terbukti sendiri dan
karena itu tidak memerlukan lagi bukti lain, lagi pula jiwa tidak bisa
dibuktikan. Jiwa mempunyai sifat sebagai substansi sederhana dan immaterial
yang dapat merasa sendiri. Ia mengontrol tubuh melalui otot-otot dan alat-alat
perasa, tapi ia sendiri tidak dapat dirasa lewat alat-alat tubuh.
Dilihat dari filosof sebelumnya, ada yang dikatakan jiwa vegetative yakni pada manusiawi dan hewani. Di luar dari itu Tusi
menambah satu jiwa lagi yakni jiwa imajinatif di antara jiwa hewani dan
manusiawi. Jiwa manusiawi ditandai dengan adanya akal yang menerima pengetahuan
dari akal pertama. Akal itu ada dua jenis, yaitu akal teoritis dan praktis,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Aristoteles. Maka Tusi beranggapan bahwa akal
teoritis adalah suatu potensialisme yang perwujudannya mencakup empat
tingkatan, yaitu akal material, akal malaikat, akal aktif, dan akal yang
diperoleh.
Metafisika
Menurut Tusi,
metafisika terdiri atas dua bagian, ilmu ketuhanan dan filsafat pertama. Ilmu
ketuhanan meliputi Tuhan, akal, dan jiwa. Pengetahuan mengenai alam semesta dan
hal-hal yang berhubungan dengan alam semesta merupakan filsafat pertama.
Kenabian
Tusi lalu
menetapkan perlunya kenabian dan kepemimpinan spiritual. Pertentangan minat
serta kebebasan individu mengakibatkan tercerai-berainya kehidupan social dan
ini memerlukan aturan suci dari Tuhan untuk mengatur urusan-urusan manusia.
Namun, Tuhan sendiri di luar jangkauan indera, maka Dia mengutus para nabi
sebagai penuntun.
Baik dan Buruk
Menurut Tusi,
yang baik datang dari Tuhan, sedang yang buruk muncul sebagai kebetulan dalam
perjalanan yang baik itu. Dalam dunia manusia, keburukan kadang terjadi
lantaran kesalahan penilaian atau penyalahgunaan karunia Tuhan yang berupa
kehendak bebas. Tuhan sendiri menghendaki kebaikan yang menyeluruh, tapi
selubung indera, imajinasi, kesenangan dan pikiran menutupi pikiran kita dan
mengaburkan pandangan mental kita. Akhirnya, keburukan muncul dari kebodohan,
atau akibat dari cacat fisik, atau kekurangan sesuatu yang bisa mendatangkan kebaikan.
Logika
Tusi
menganggap logika sebagai suatu ilmu dan suatu alat ilmu. Sebagai ilmu bertujuan
memahami makna-makna dan sifat dari makna-makna yang dipahami itu. Sebagai alat
ia menjadi kunci untuk memahami berbagai ilmu.
Tinjauan
Logika,
metafisika, psikologi, ilmu rumah tangga dan dogmatik-nya Tusi pada dasarnya
berasal dari Ibn Sina. Dari segi sejarah kedudukannya
terutama adalah sebagai seorang penganjur gerakan kebangkitan kembali. Dari segi sejarah kebudayaan, bahkan
kebangkitan kembali tradisi filsafat dan ilmiah terutama pada masa kejatuhan
politik dan intelektual, meski ditandai dengan pengetahuan dan pengulangan yang
melelahkan, tidak kurang pentingnya dibandingkan pemulaan, sehingga hal
tersebut mempersiapkan landasan bagi kelahiran kembali intelektual suat bangsa.
No comments:
Post a Comment