Sunday, March 30, 2014

HUBUNGAN FILSAFAT ISLAM DENGAN ILMU-ILMU LAINNYA (Laporan3_Filsafat Islam)

l  Dorongan Al-Quran terhadap akal dan pemikiran filsafat
1.         'Aqala bermakna berpikir (45 ayat +)
2.         Nazhara bermakna melihat atau menalar (30+)
3.         Tadabbara berarti merenung (2)
4.         Tafakkara berarti berpikir (16+)
5.         Faqiha bermakna mengerti atau paham (16+)
6.         Tazzakkara bermakna mengingat atau mempelajari (44+)
7.         Fahima berarti memahami (1)
8.         Ulul al-bab berarti orang berpikir (beberapa)

l  Filsafat Islam dan Tasawuf
Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Asal kata Tasawuf yaitu sufi, yakni sejenis wol kasar yang terbuat dari bulu yang dipakai oleh orang-orang yang hidup sederhana namun, berhati suci dan mulia. Orang yang menggunakan sufi ini adalah Nazrudin Khoja. Ia menggunakan sufi pada saat acara pesta. Pada saat menghadiri pesta, ia diusir oleh tuan rumah karena menggunakan pakaian yg tidak layak untuk menjadi seorang tamu undangan.

n  Perbedaan Antara Filsafat Islam dan Tasawuf
a    Filsafat memakai akal, logika, dan argumentasi. Sedangkan tasawuf menempuh jalan mujahadah (pengekangan hawa nafsu) dan musyahadah (pandangan batin) bahasa intuisi dan pengalaman batin.
b      Objek filsafat membahas segala yang ada (al maujudah), sedangkan tasawuf membahas mengenal Allah SWT.
c       Adanya saling kritik antara kaum sufi dan kaum filosof Islam seperti kritik Al-Ghazali terhadap filsafat dan Ibnu Rusyd terhadap tasawuf.

n  Filsafat Islam dan Ushul Fiqh
Ushul Fiqh adalah ilmu yang mempelajari tentang dasar-dasar hukum islam. Penyusun ilmu, pertama kali adalah Imam Syafi'i dengan bukunya yang berjudul al-Risalat. Dalam menetapkan hukum syariat islam, ushul fiqh menggunakan pemikiran filosofis. Bahkan cenderung mengikuti ilmu logika dengan cara memberikan definisi-definisi terlebih dahulu. Dalam ushul fiqh dikenal dengan konsep ijtihad (usaha mengeluarkan ketentuan hukum dengan akal pikiran), al-ra'y (akal pikiran), al-qiyas ( analogi), 'ilat (sebab).

n  Filsafat Islam dan Sains
Filosof adalah ilmuwan, tetapi tidak setiap ilmuwan itu filosof. Mengapa demikian? Karena filsafat berdiri atas dasar ilmu pasti dan alam. Pada masa peradaban Islam memiliki kejayaan, filsafat, sains, dan agama berpadu menjadi satu. Oleh karena itu, filsafat, sains, dan agama mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Pada abad ke-6 H, terjadi terputusnya hubungan filsafat dan sains. Terputusnya hubungan ini diakibatkan karena munculnya baitul hikam yaitu rumah peradaban dan laboratorium. Baitul hikam ini dibakar oleh penjajah Eropa, kemudian mereka menjarah semua buku dan membuangnya ke laut. Filsafat Islam menjadi Filsafat Skolastik. Mengapa demikian? sejarah mengatakan bahwa gereja lebih banyak mengontrol ilmu.

l  Filosof Islam dan Sains
1.    Al- Kindi, ahli ilmu pasti dan ilmu falak (ilmu astronomi).
2.    Ibnu sina, ahli ilmu kedokteran.
3.    Al- Hasan Ibnu Haitam, menemukan ilmu pasti.
4.    Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan, bidang kimia.
5.    Abu Raihan Ibnu Ahmad Al- Baruni, ilmu falak.
6.    Muhammad Al- Syarif Al- Idrisi, ilmu bumi alam.
7.    Abu Zakariyya Yahya Ibnu Awwam, bidang pertanian.
8.    Abu Usman Amr Ibnu Bahr Al- Jahiz, ilmu hewan.

l  Filsafat Islam dan Filsafat Yunani
Logika Yunani mempunyai pengaruh yang sangat besar pada alam pikiran Islam di zaman Bani Abbas. Beberapa banyak filosof baik Islam maupun non-Islam terpengaruh oleh pemikiran filosof sebelumnya.
Pada zaman Bani Abbasiyah, yang terkenal adalah Khalifah Al- Makmun, seorang intelektual yang mendirikan akademi Biat al- Hikam. Akademi ini, tidak hanya sebagai tempat penerjemahan namun juga sebagai pusat pengembangan filsafat dan sains.
Dalam era penerjemahan ini, bermacam-macam buku filsafat dalam berbagai bidang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dari bahasa Siryani, Persia, dan Yunani. Dahulu meliputi kerajaan Macedonia, Persia, dan Siria. Dengan adanya era penerjemahan ini umat islam telah mampu menguasai intelektual dari tiga kebudayaan yang tinggi saat itu, Yunani, Persia, dan India. Kemudian para intelektual islam tidak hanya mampu menguasai filsafat dan sains, tetapi juga mengembangkan dan menambahkan hasil observasi ke dalam sains dan hasil pemikiran ke dalam lapangan filsafat.

No comments:

Post a Comment