l Dorongan Al-Quran terhadap akal dan pemikiran filsafat
1.
'Aqala bermakna berpikir (45
ayat +)
2.
Nazhara bermakna melihat
atau menalar (30+)
3.
Tadabbara berarti merenung
(2)
4.
Tafakkara berarti berpikir
(16+)
5.
Faqiha bermakna mengerti
atau paham (16+)
6.
Tazzakkara bermakna
mengingat atau mempelajari (44+)
7.
Fahima berarti memahami (1)
8.
Ulul al-bab berarti orang
berpikir (beberapa)
l Filsafat Islam dan Tasawuf
Tasawuf
adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Asal kata Tasawuf yaitu sufi, yakni sejenis wol kasar yang terbuat dari bulu
yang dipakai oleh orang-orang yang hidup sederhana namun, berhati suci dan
mulia. Orang yang menggunakan sufi ini adalah Nazrudin Khoja. Ia menggunakan
sufi pada saat acara pesta. Pada saat menghadiri pesta, ia diusir oleh tuan
rumah karena menggunakan pakaian yg tidak layak untuk menjadi seorang tamu
undangan.
n Perbedaan Antara Filsafat Islam dan Tasawuf
a Filsafat memakai akal,
logika, dan argumentasi. Sedangkan tasawuf menempuh jalan mujahadah
(pengekangan hawa nafsu) dan musyahadah (pandangan batin) bahasa intuisi dan
pengalaman batin.
b Objek filsafat membahas
segala yang ada (al maujudah), sedangkan tasawuf membahas mengenal Allah SWT.
c Adanya saling kritik antara
kaum sufi dan kaum filosof Islam seperti kritik Al-Ghazali terhadap filsafat dan Ibnu Rusyd terhadap tasawuf.
n Filsafat Islam dan Ushul Fiqh
Ushul Fiqh
adalah ilmu yang mempelajari tentang dasar-dasar hukum islam. Penyusun ilmu,
pertama kali adalah Imam Syafi'i dengan bukunya yang berjudul al-Risalat. Dalam
menetapkan hukum syariat islam, ushul fiqh menggunakan pemikiran filosofis.
Bahkan cenderung mengikuti ilmu logika dengan cara memberikan definisi-definisi
terlebih dahulu. Dalam ushul fiqh dikenal dengan konsep ijtihad (usaha
mengeluarkan ketentuan hukum dengan akal pikiran), al-ra'y (akal pikiran),
al-qiyas ( analogi), 'ilat (sebab).
n Filsafat Islam dan Sains
Filosof
adalah ilmuwan, tetapi tidak setiap ilmuwan itu filosof. Mengapa demikian? Karena
filsafat berdiri atas dasar ilmu pasti dan alam. Pada masa peradaban Islam
memiliki kejayaan, filsafat, sains, dan agama berpadu menjadi satu. Oleh karena
itu, filsafat, sains, dan agama mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.
Pada abad ke-6 H, terjadi terputusnya hubungan filsafat dan sains. Terputusnya
hubungan ini diakibatkan karena munculnya baitul hikam yaitu rumah peradaban
dan laboratorium. Baitul hikam ini dibakar oleh penjajah Eropa, kemudian mereka
menjarah semua buku dan membuangnya ke laut. Filsafat Islam menjadi Filsafat
Skolastik. Mengapa demikian? sejarah mengatakan bahwa gereja lebih banyak
mengontrol ilmu.
l Filosof Islam dan Sains
1.
Al- Kindi, ahli ilmu pasti
dan ilmu falak (ilmu astronomi).
2.
Ibnu sina, ahli ilmu
kedokteran.
3.
Al- Hasan Ibnu Haitam,
menemukan ilmu pasti.
4.
Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan,
bidang kimia.
5.
Abu Raihan Ibnu Ahmad Al-
Baruni, ilmu falak.
6.
Muhammad Al- Syarif Al-
Idrisi, ilmu bumi alam.
7.
Abu Zakariyya Yahya Ibnu
Awwam, bidang pertanian.
8.
Abu Usman Amr Ibnu Bahr Al- Jahiz,
ilmu hewan.
l Filsafat Islam dan Filsafat Yunani
Logika
Yunani mempunyai pengaruh yang sangat besar pada alam pikiran Islam di zaman
Bani Abbas. Beberapa banyak filosof baik Islam maupun non-Islam terpengaruh
oleh pemikiran filosof sebelumnya.
Pada zaman
Bani Abbasiyah, yang terkenal adalah Khalifah Al- Makmun, seorang intelektual
yang mendirikan akademi Biat al- Hikam. Akademi ini, tidak hanya sebagai tempat
penerjemahan namun juga sebagai pusat pengembangan filsafat dan sains.
Dalam era penerjemahan ini,
bermacam-macam buku filsafat dalam berbagai bidang diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab dari bahasa Siryani, Persia, dan Yunani. Dahulu meliputi kerajaan
Macedonia, Persia, dan Siria. Dengan adanya era penerjemahan ini umat islam
telah mampu menguasai intelektual dari tiga kebudayaan yang tinggi saat itu,
Yunani, Persia, dan India. Kemudian para intelektual islam tidak hanya mampu
menguasai filsafat dan sains, tetapi juga mengembangkan dan menambahkan hasil
observasi ke dalam sains dan hasil pemikiran ke dalam lapangan filsafat.
No comments:
Post a Comment