Masa Hidup
Nama
lengkap Miskawaih adalah Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin Yaqub ibnu Miskawaih.
Ia lahir di Kota Ray (Iran) pada 320 H (932 M) dan wafat di Asfahan 9 Safar 421
H ( 16 Februari 1030 M). Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak (etika)
walau pun perhatiannya luas meliputi ilmu-ilmu yang lain seperti kedokteran,
bahasa, sastra, dan sejarah.
Karya-karyanya
Karya
penting yang ia tinggalkan misalnya Tahdzibul Akhlaq (kesempuraan akhlak),
Tartib as-Sa'adah (tentang akhlak dan politik), al-Siyar (tentang tingkah laku
kehidupan), dan Jawidan Khirad (koleksi ungkapan bijak).
Filsafatnya
- Filsafat
Pertama
Miskawaih berusaha membuktikan bahwa ciptaan berawal dari
ketiadaan. Alasannya : pertama, bentuk-bentuk saling menggantikan, tetapi dasarnya
tetap konstan. Pada dasarnya dua bentuk tidak dapat bersatu sebab mereka itu
berbeda. Kedua, bentuk pertama tidak bisa ke lain tempat. Karena gerak di
tempat hanya berlaku untuk tubuh. Maka kemungkinannya bentuk pertama menjadi
tiada. Dan, jika terbukti bentuk pertama tiada maka bentuk kedua mewujud,
demikian seterusnya. Karena kemaujudan berasal dari ketiadaan.
Terhadap kaum materialis, ia membuktikan adanya ruh dengan
dasar bahwa dalam diri manusia terdapat sesuatu yang memberi tempat bagi perbedaan
dan bahkan pertentangan bentuk dalam waktu yang bersamaan. Tetapi sesuatu itu
bukanlah materi, karena materi hanya menerima atau bentuk dalam waktu tertentu.
Dengan mengutip doktrin Plato, ia mengatakan bahwa filsafat merupakan penerapan
mati berdasarkan kemauan. Ada dua macam kehidupan, yaitu kehidupan alamiah dan
kehidupan berdasarkan kemauan. Begitu juga kematian. Kemauan yang dimaksud
adalah "hasrat".
- Filsafat
Moral
Miskawaih menjelaskan filsafat moralnya dalam lima bab, yaitu
:
1.
Ruh
Ia mempersamakan pembawaan-pembawaan ruh dengan
kebajikan-kebajikan. Ruh mempunyai tiga pembawaan (rasional, keberanian, dan
sederhana) yang saling berkaitan.
2.
Fitrah manusia dan
asal-usulnya
Miskawaih mengambil pendapat Stoa, yaitu manusia diciptakan
dalam keadaan baik, tetapi kemudian menjadi jahat karena kecenderungan mereka
kepada nafsu jahat dan memelihara persekutuan jahat. Kesempurnaan yang akan
dicapai terbagi menjadi dua, yaitu:
a.
Kesempurnaan teoritis adalah
ia akan memperoleh pengetahuan yang sempurna
b.
Kesempurnaan praktis adalah
ia akan memperoleh kepribadian yang sempurna.
3.
Etika
Kebaikan terletak pada segala yang menjadi tujuan. Ia
mengelompokan kebahagiaan atas lima bagian, yaitu kesehatan, kekayaan,
kemahsyuran dan kehormatan, keberhasilan, dan pemikiran yang baik. Kebahagiaan
terbagi menjadi dua, yaitu kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhir.
4.
Keadilan
Kebajikan merupakan suatu bayangan dari keesaan Tuhan,
keseimbangan sejati. Pengetahuan tentang cara atau batas setiap persoalan
merupakan prasyarat dari keadilan. Ia berpendapat bahwa keadilan merupakan
fungsi kehendak ilahiah bukan sekedar pemikiran rasional dan sikap
kehati-hatian.
5.
Persahabatan dan cinta
Miskawaih membagi cinta menjadi dua macam, yaitu cinta
manusia kepada Tuhan dan cinta murid kepada gurunya (cinta anak kepada
orangtuanya).
- Pengobatan
ruh
Miskawaih membahas penyembuhan penyakit jiwa. Beberapa bab
yang ditulisnya sesuai dengan beberapa bab yang ditulis oleh al-Razi dalam
Tibb, ia juga menulis beberapa halaman dari al-Kindi tentang menolak kesedihan.
- Sejarah
Menurutnya sejarah adalah
suatu pencerminan struktur politik ekonomi masyarakat pada masa-masa tertentu.
Pandangan Miskawaih tentang sejarah adalah bersifat filosofis, ilmiah, dan
kritis.
No comments:
Post a Comment