Masa
hidupnya
Ibnu Sina
dikenal sebagai Avicenna di dunia Barat. Beliau adalah seorang filsuf, ilmuwan,
dan juga dokter. Ia juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian
karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, ia adalah
"Bapak pengobatan modern". Ibnu Sina bernama lengkap Abu Ali al
Husein bin Abdullah bin Sina. Ia lahir di Afsyahnah daerah dekat Bukhara,
Uzbekistan (Persia) pada 980 dan meninggal pada Juni 1037 di Hamadan, Persia
(Iran). Satu-satunya filosof besar Islam yang berhasil membangun sitem filsafat
yang lengkap dan terperinci.
Doktrin
tentang wujud
Doktrin
Ibnu Sina tentang Wujud, sebagaimana para filosof Muslim terdahulu, misalnya
al-Farabi, bersifat emanasionistis. Dari Tuhanlah, Kemajuan Yang Mesti,
mengalir intelegensi pertama, sendirian karena hanya dari yang tunggal, yang
mutlak, sesuatu dapat mewujud. Tuhan adalah satu keniscayaan, sedang adanya sesuatu yang lain hanya
mungkin dan diturunkan dari adanya Tuhan. Dugaan bahwa Tuhan itu tidak ada mengandung
kontradiksi, karena dengan demikian yang lain pun juga tidak akan ada.
Hubungan Jiwa dan Raga
Menurut
Ibnu Sina, jiwa dan raga memiliki hubungan yang erat. Sedangkan, menurut
Aristoteles, hubungan jiwa dan raga seperti dualisme radikal. Jiwa
manusia adalah suatu substansi yang dapat mewujud secara terpisah dari
tubuh. Pemikiran ini diilhami oleh
beberapa pemikiran diantaranya:
- Descrates
Kita dapat memikirkan tubuh kita, dan demikian
meragukan kemaujudannya, tetapi kita tidak dapat memikirkan jiwa kita.
- Plotinus
Kesadaran yang sebagai suatu hubungan, menandakan bukan
identitas diri yang jelas. Menurut
Ibnu Sina, unsur kesadaran itu ada sejak seseorang dapat mengukuhkan
keberadaanya sendiri, hal itu betapapun ada hanya sebagai cara untuk menempatkan
diri, ia adalah kenyataan yang mungkin, dan bukan suatu kemestian yang logis.
(Berada diantara Descartes dan Plotinus)
Keabadian
Jiwa
Keabadian
jiwa menurut Ibnu Sina, Keabadian jiwa itu didasarkan atas pandangan bahwa jiwa
merupakan suatu substansi dan bukan suatu bentuk tubuh, yang kepada bentuk itu
jiwa dikaitkan erat oleh suatu hubungan mistik tertentu keduanya. Didalam jiwa yang muncul dari
substasi terpisah intelgensi aktif bersama dengan munculnya suatu tubuh dengan
temperamen tertentu terdapat suatu kecedenderungan tertentu untuk mengaitkan
dirinya dengan tubuh ini, merawatnya, dan mengarahkannya sedemikian rupa
sehingga saling menguntungkan.
Tingkatan
– tingkatan pengaruh pikiran:
- Aristoteles :
- Imajinasi atau
penalaran
- Keinginan
- Gerak otot
- Ibnu Sina :
- Keinginan
- Kata hati
- Emosi
- Kemauan
Pengaruh di Timur dan Barat
- Di
Timur, di madrasah-madrasah yang dikelola secara tradisional, Ibnu
Sina masih dipelajari sebagai filosof Islam terbesar.
- Pada abad ke 6 H/ke 12 M, karya-karya
Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa latin di Spanyol (Andalusia).
- Dalam
karya Thomas Aquinas seperti Summa Theologica dan Summa contra
Gentiles ditemukan corak filosofis Ibnu Sina.
- Duns
Scotus dan Count, pengulas karya Aristoteles paling jempolan juga memberi
kesaksian tentang pengaruh Ibnu Sina yang abadi itu.
Doktrin Ibnu Sina
- Persepsi
Internal
- Persepsi
Eksternal
Respon syaraf dalam framming Ibnu
Sina
Wahm: doktrin psikologi murni
Menjelaskan respon instingtif dan
emosional manusia kita terhadap lingkungan
“Respon
Syaraf terjadi dalam beberapa taraf”
Instingsif
Hal yang
terjadi tanpa pengalaman sebelumnya, hadir secara alamiah.
Empiris
Semu
Penggabungan
gagasan atau imaji yang ada dalam ingatan
Doktrin
tentang akal
Menurut
Ibnu Sina, Akal terbagi
menjadi Akal Potensial dan aktif diluar diri manusia. Menurut Aristoteles, Akal
atau fikiran adalah kekuatan atau fungsi tertinggi dari jiwa manusia.
Akal potensial
Unsur yang tidak dapat dibagi-bagi,
tidak bersifat materi dan di rusak. Bersifat pribadi pada bagi setiap individu.
Dapat dibangkitkan pada waktu tertentu.
Akal aktif
Tugas Pikiran Kita adalah
merefleksikan dan menimbang pengalama inderawi.
Ajaran tentang kenabian
Al-Qur’an pada umumnya merupakan
kebenaran simbolis, bukan kebenaran harfiah
Hukum meskipun diamati setiap orang, sebagian
bersifat simbolis dan sebagian bersifat pedagogik. Pada hakikatnya hukum
merupakan disiplin yang lebih rendah daripada pencarian filosofis.
No comments:
Post a Comment