Monday, May 12, 2014

Ibnu Sina (laporan 8)

Masa hidupnya
Ibnu Sina dikenal sebagai Avicenna di dunia Barat. Beliau adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter. Ia juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, ia adalah "Bapak pengobatan modern". Ibnu Sina bernama lengkap Abu Ali al Husein bin Abdullah bin Sina. Ia lahir di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, Uzbekistan (Persia) pada 980 dan meninggal pada Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran). Satu-satunya filosof besar Islam yang berhasil membangun sitem filsafat yang lengkap dan terperinci.

Doktrin tentang wujud
Doktrin Ibnu Sina tentang Wujud, sebagaimana para filosof Muslim terdahulu, misalnya al-Farabi, bersifat emanasionistis. Dari Tuhanlah, Kemajuan Yang Mesti, mengalir intelegensi pertama, sendirian karena hanya dari yang tunggal, yang mutlak, sesuatu dapat mewujud. Tuhan adalah satu keniscayaan, sedang adanya sesuatu yang lain hanya mungkin dan diturunkan dari adanya Tuhan. Dugaan bahwa Tuhan itu tidak ada mengandung kontradiksi, karena dengan demikian yang lain pun juga tidak akan ada.

Hubungan Jiwa dan Raga
Menurut Ibnu Sina, jiwa dan raga memiliki hubungan yang erat. Sedangkan, menurut Aristoteles, hubungan jiwa dan raga seperti dualisme radikal. Jiwa manusia adalah suatu substansi yang dapat mewujud secara terpisah dari tubuh.  Pemikiran ini diilhami oleh beberapa pemikiran diantaranya:
  1. Descrates
Kita dapat memikirkan tubuh kita, dan demikian meragukan kemaujudannya, tetapi kita tidak dapat memikirkan jiwa kita.
  1. Plotinus
Kesadaran yang sebagai suatu hubungan, menandakan bukan identitas diri yang jelasMenurut Ibnu Sina, unsur kesadaran itu ada sejak seseorang dapat mengukuhkan keberadaanya sendiri, hal itu betapapun ada hanya sebagai cara untuk menempatkan diri, ia adalah kenyataan yang mungkin, dan bukan suatu kemestian yang logis. (Berada diantara Descartes dan Plotinus)

Keabadian Jiwa
Keabadian jiwa menurut Ibnu Sina, Keabadian jiwa itu didasarkan atas pandangan bahwa jiwa merupakan suatu substansi dan bukan suatu bentuk tubuh, yang kepada bentuk itu jiwa dikaitkan erat oleh suatu hubungan mistik tertentu keduanya. Didalam jiwa yang muncul dari substasi terpisah intelgensi aktif bersama dengan munculnya suatu tubuh dengan temperamen tertentu terdapat suatu kecedenderungan tertentu untuk mengaitkan dirinya dengan tubuh ini, merawatnya, dan mengarahkannya sedemikian rupa sehingga saling menguntungkan.

Tingkatan – tingkatan pengaruh pikiran:
  • Aristoteles :
                        - Imajinasi atau penalaran
                        - Keinginan
                        - Gerak otot
  • Ibnu Sina :
                        - Keinginan
                        - Kata hati
                        - Emosi
                        - Kemauan

Pengaruh di Timur dan Barat
  • Di Timur, di madrasah-madrasah yang dikelola secara tradisional, Ibnu Sina masih dipelajari sebagai filosof Islam terbesar.
  •  Pada abad ke 6 H/ke 12 M, karya-karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa latin di Spanyol (Andalusia).
  • Dalam karya Thomas Aquinas seperti Summa Theologica dan Summa contra Gentiles ditemukan corak filosofis Ibnu Sina.
  • Duns Scotus dan Count, pengulas karya Aristoteles paling jempolan juga memberi kesaksian tentang pengaruh Ibnu Sina yang abadi itu.

Doktrin Ibnu Sina
  • Persepsi Internal
  • Persepsi Eksternal

Respon syaraf dalam framming Ibnu Sina
Wahm:  doktrin psikologi murni
            Menjelaskan respon instingtif dan emosional manusia kita terhadap lingkungan
“Respon Syaraf terjadi dalam beberapa taraf”          

Instingsif
Hal yang terjadi tanpa pengalaman sebelumnya, hadir secara alamiah.
Empiris Semu
Penggabungan gagasan atau imaji yang ada dalam ingatan

Doktrin tentang akal
Menurut Ibnu Sina, Akal terbagi menjadi Akal Potensial dan aktif diluar diri manusia. Menurut Aristoteles, Akal atau fikiran adalah kekuatan atau fungsi tertinggi dari jiwa manusia.
Akal potensial
Unsur yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak bersifat materi dan di rusak. Bersifat pribadi pada bagi setiap individu. Dapat dibangkitkan pada waktu tertentu.
 Akal aktif
Tugas Pikiran Kita adalah merefleksikan dan menimbang pengalama inderawi.

Ajaran tentang kenabian
Al-Qur’an pada umumnya merupakan kebenaran simbolis, bukan kebenaran harfiah
Hukum meskipun diamati setiap orang, sebagian bersifat simbolis dan sebagian bersifat pedagogik. Pada hakikatnya hukum merupakan disiplin yang lebih rendah daripada pencarian filosofis.

No comments:

Post a Comment