Saturday, October 4, 2014

Laporan ke 5 Soskomas



TEORI KULTIVASI

Teori Kultivasi (Cultivacy Theory) pertama kali dikenal oleh Professor George Gerbner, Dekan emeritus (sesepuh) dari Annenberg School for Communication di Universitas Pensylvania. Dimana Gerbner dan Larry Gross (koleganya) dari Annenberg School for Communication ingin mengetahui dunia nyata seperti apa yang dibayangkan dan dipersepsikan penonton televisi. Tradisi pengaruh media dalam jangka waktu panjang dan efek yang tidak langsung menjadi kajiannya. Argumentasi awalnya adalah bahwa “televisi telah menjadi anggota keluarga yang penting, anggota yang bercerita paling banyak dan paling sering”.
Dengan kata lain, ia ingin mengetahui dunia nyata seperti apa yang dibayangkan, dipersepsikan oleh penonton televisi itu. Dapat dikatakan pula bahwa penelitian kultivasi yang dilakukannya lebih menekankan pada “dampak”. Menurut teori ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang dibangun dibenak Anda tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Artinya, kontak Anda dengan televisi Anda belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasannya.

Lima Asumsi Menurut Gebner
1.      Tv secara esensial dan fundamental berbeda dari bentuk media massa lainnya
2.      The central cultural arm karena menjadi sumber kajian hiburan dan informasi
3.      Persepsi seseorang akibat televisi memunculkan sikap dan opini yang spesifik tentang fakta kehidupan
4.      Fungsi utama televisi adalah untuk medium sosialisasi dan enkultrasi
5.      Observasi, pengukuran, dan kontribusi televisi kepada budaya relative kecil, namun demikian dampaknya signifikan.

Homogenisasi kultivasi
·         Mainstreaming, yaitu kultivasi terjadi pada pecandu berat televisi atau (heavy viewers) adalah mereka yang menonton televisi lebih dari empat jam setiap harinya. Kelompok penonton ini sering disebut dengan khalayak “the television type”.
·         Resonansi, pemirsa melihat sesuatu di televisi yang sama dengan realitas kehidupan mereka sendiri

Contoh Teori Kultivasi:
            Seorang anak yang sering menonton sinetron. Ditampilkan di dalam sinetron itu cara berpakaian yang tidak baik di sekolah maka anak yang menonton tersebut akan mengikuti cara berpakaiannya. Tidak hanya meniru cara berpakaiannya tetapi seluruh gaya hidup si pemain sinetron.


SPIRAL OF SILENCE

Spiral of silence theory adalah sebuah teori media yang lebih memberikan perhatian pada pandangan mayoritas dan menekankan pandangan minoritas. Orang yang mempelopori teori ini adalah Elizabeth Noelle-Neumann (seorang professor emeritus penelitian komunikasi dari Institute fur Publiziztik Jerman). Beliau adalah orang yang memperkenalkan teori spiral keheningan/ kesunyian ini. Teori ini diperkenalkan melalui tulisannya yang berjudulThe Spiral of Silence. Teori ini dapat dikatakan bahwa seseorang sering merasa perlu menyembunyikan “sesuatu”-nya ketika berada dalam kelompok mayoritas. Sebaliknya, mereka yang berada di pihak mayoritas akan merasa percaya diri dengan pengaruh dari pandangan mereka dan terdorong untuk menyampaikannya kepada orang lain.

Asumsi Dasar Teori
            Tesis teori ini bersandar pada dua asumsi. Pertama, bahwa orang mengetahui mana opini yang berkembang dan mana opini yang tidak berkembang. Hal ini disebut quasi-statistical sense (tidak memakai data, berdasarkan perasaan) karena orang orang mempunyai perasaan terhadap presentase penduduk untuk dan terhadap posisi-posisi tertentu. Kedua, adalah bahwa orang menyesuaikan pengungkapan opini mereka terhadap persepsi-persepsi ini.

Unsur Spiral of Silence
1.      Media massa
2.      Komunikasi antar-pribadi dan jalinan interaksi sosial
3.      Pernyataan individu tentang suatu hal
4.      Persepsi orang lain/ kecenderungan pendapat tentang suatu persoalan yang dilontarkan

Kekuatan Media Massa(Newman, 1984)
·         Ubiquity (kehadirannya dimana-mana), Mengacu pada fakta. Media merupakan sumber informasi yang luas karena terdapat dimana saja, dengan kata lain, ubikuitas dapat didefinisikan sebagai kepercayaan. Kepercayaan bahwa media terdapat dimana-mana. Itu sebabnya media menjadi instrumen yang sangat penting, diandalkan dan selalu tersedia ketika orang membutuhkan informasi. Untuk itu media berusaha mendapat simpati dari publik terhadap pandangan atau pendapat yang disampaikan.
·         Kumulasi (pengulangan pesan yang sama), Pengaruh timbal balik dalam membangun kerangka acuan. Dalam hal ini media mengacu pada proses media yang selalu mengulang-ulang apa yang diberitakan. Pengulangan terjadi disepanjang program, baik pada satu media tertentu ataupun pada media lainnya, baik yang sejenis maupun tidak.
·         Konsonan (Konsensus tentang nilai-nilai diantara pekerja media), Konsonan dihasilkan berdasarkan kecenderungan media untuk menegaskan atau melakukan konfirmasi terhadap pemikiran dan pendapat mereka sendiri dan menjadikan pemikiran dan pendapat itu seolah-olah berasal dari masyarakat.

Contoh Teori Spiral of Silence:
            Pada suatu aksi demonstrasi di bundaran HI. Seorang mengikuti aksi itu dengan harapan dapat mengeluarkan suaranya untuk memilih calon presiden yang ia inginkan. Akan tetapi, saat aksi mulai dilakukan ternyata mayoritas orang memilih calon Presiden A dibanding B. Ia yang memilih calon presiden B lebih memilih untuk diam.

No comments:

Post a Comment